Minggu, 10 April 2016

Bercerminlah Wahai Akhwatfillah

Bila saja cermin bisa berkata, tentu akan bernasihat seperti ini "Embun tak perlu warna untuk membuat daun jatuh cinta. Bersebab itu, tidak perlu memaksakan diri menjadi pesolek untuk seseorang yang belum menjadi suamimu. Percayalah, bila lelaki itu tulus mencintaimu, dia akan melihat aura yang memancar dari ketulusan hatimu yang menyanggupkan diri untuk dinikahi, bukan sekedar gampang dipacari"
Ketahuilah wahai perempuan. Auratmu bukan jajanan pasar yang perlu dikemas denan aneka warna hanya untuk tujuan komersial belaka. Kecantikanmu seharusnya dibiarkan alami, lahir dari hatimu yang bersih. Bukankah usiamu masih sangat muda, mengapa menuakan diri agar terlihat lebih dewasa dengan segala alat kosmetik? Justru dengan riasan bedak yang tebal, bibir memakai lipstik yang berwarna merah merangsang akan membuat harga dirimu murahan. Memaksakan diri agar dikira tua yang diartikan dewasa itu kebodohan yang terencana. Dari pada sibuk memoles wajahmu, mengapa tidak dirimu perbaiki akhlak dan tindakanmu agar benar-benar siap saat Allah mendatangkan jodoh. Lagi pula kalau cuma berdandan agar bisa pacaran itu tak ubahnya mengandalkan susuk kecantikan untuk mendapatkan pasangan mesum.
Jadilah alami, biarkan kecantikanmu mengalir dari dalam sanubari, karena hal yang demikian tentu atas kehendak illahi bukan sekedar ajang manipulasi. Setiap perempuan itu dilahirkan cantik, dan setiap lelaki memiliki sudut pandang tersendiri dalam menilai kecantikan. Apabila hanya menilaimu cantik karena riasan wajah, kemudian saat didapatinya dirimu tanpa riasan terlihat jelek tentu akan sangat menyakitkan. Berbeda halnya apabila dirimu tampil apa adanya. Saat sesudah menikah dirias sebagai pasangan pengantin dan bertambahlah kecantikanmu akan menjadi anugerah yang luar biasa.
Selamat bercermin, lalu tanya pada dirimu sendiri, haruskah memalsukan kecantikan dengan aneka kosmetik hanya untuk menarik lawan jenis? Masih banyak cara lain yang lebih cerdas selain hal yang demikian. Ketahuilah, sedungu-dungunya perempuan apabila hanya berpikir kecantikan sebagai alat utama untuk dihargai keindahannya oleh seorang lelaki. Sedangkan perempuan memiliki potensi lain semisal kecerdasan intelektual dan spiritual, kekuatan finansial, keteladanan moral, serta keberanian menjadi 'beda' dari kebanyakan perempuan yang 'kurang akal'.

 ~ Nasehat teruntuk diriku ~

Rabu, 09 Maret 2016

Menyimak Kicau Merajuk Makna by Ustzadz Salim A. Fillah

Jawaban terindah pada pemfitnah: “Jika kau benar, semoga Allah mengampuniku. Jika kau keliru, semoga Allah mengampunimu.”

Jawaban terbaik pada penghina dan pencela kehormatan: “Yang kaukatakan tadi sebenarnya adalah pujian; sebab aslinya diriku lebih mengerikan.”

Jawaban teragung pada caci maki dan kebusukan: “Bahkan walau ingin membalas, aku tak kuasa. Sebab aku tak punya kata-kata keji dan nista.”

Terjawablah pujian: “Moga Allah ampuni aib yang tak kautahu; tak menghukumku sebab sanjungmu; dan jadikanku lebih baik dari semua itu.”

Jawaban termulia pada yang memuji: “Semoga Allah ampuni yang tak kau ketahui, semoga doamu membaikkan diriku dan dirimu.”

PACARAN ??? WANITA LAH YANG DIRUGIKAN

PACARAN? WANITA LAH YANG PALING DIRUGIKAN
belum juga jadi suami, tapi minta diperlakukan kayak suami | tanggung jawab nggak mau, tanggal nikah nggak punya
belum juga jadi istri, mau-maunya dipelakukan kayak istri | dilihat, diraba, diterawang, rugi deh..
temen bukan, suami-istri masih jauh, hubungan berdasar janji nggak pasti | besok pas udah diputusin, dikasi gelar “bekas gue”, waduh
dosa udah pasti dapet, susah juga iya, sakit ati sering, mau-maunya makan harapan palsu | masa lalu kelam, masa depan suram, kini seram..
cowok sih enak, dia kan subjek pelaku, lha ini cewek, objek penderita euy | mau-maunya, di-PHP
cowok mah nggak ilang apa-apa, makanya gampang move-on | lha cewek? udah ngasi segala, sayangnya ngasinya ke pelaku maksiat, begitu deh..
udah maksiat, maksa lagi, udah dosa, susah pulak, cocok lah | susah demi pahala malah enak, ujungnya nikmat, nikah tuh..
abis putus ama ini, jadian ama itu, abis ama itu sama yang sana | kamu jadi nggak ada beda kayak piala bergilir
semakin banyak pengalaman pacaran, semakin sulit pernikahan kelak | karena kamu banyak latihan maksiat, tapi nggak melatih taat
‘fun’ memang bisa didapat dengan maksiat | tapi ‘tanggungjawab’, ‘romantisme’, ‘imam keluarga’ itu hanya dari menaati Allah, mengkaji ilmu
liat lelaki dan wanita yang sedari muda nggak sibuk maksiat pacaran | mengkaji Al-Qur’an dan As-Sunnah jadi bekal, itu baru..
baca-baca deh kisah Maryam, bunda Nabi Isa yang digelari wanita terbaik di dunia | karena bisa menjaga kehormatan dan kemuliaannya di dunia
baca-baca juga kisah Khadijah, istri Nabi Muhammad yang digelari wanita terbaik di surga | tersebab ia istri berbakti pada suaminya
ketenangan dan kebahagiaan takkan bisa didapat dengan maksiat | tapi jalan ketaatan bisa menemui keduanya, walau awalnya perlu kesabaran
tapi kalo kamu tetep nekad nabrak syariat Nabi Muhammad, lalu pacaran | ya jangan salahin siapapun kalo kamu galau melulu, dan nggak tenang
pasti ada kebaikan dari bersabar dalam ketaatan | sedang maksiat hanya menghantar pada penyesalan
Ustadz Felix Siauw

Minggu, 17 Januari 2016

Ada Pelangi di Matamu


Ciptaan Allah yang satu ini sungguh luar biasa indahnya. Sebuah perpaduan warna yang tak satu makhlukpun mampu membuatnya, meski berbeda namun selalu kompak dan harmonis. Kehidupan pernikahan bisa diibaratkan sebuah pelangi. Tak jarang banyak perbedaan karakter, mindset, latar belakang kehidupan, pendidikan dan berbagai macam ketidaksamaan. Namun satu hal, bagaimana semua itu terlihat mempesona.
Angan yang terlalu melambung tinggi ketika memimpikan sosok pasangan yang super lembut, sabar, bijaksana dan selalu mencintai pasangan. Namun ketika realita berkata lain, justru pendamping hidupnya seorang yang cenderung kasar, pemarah, dingin dan suka impromisasi lantas dengan kenyataan pahit itu, pantaskah pasutri berfikir negatif untuk segera mengakhiri fraghme kehidupan pernikahan?
Episode kehidupan Asma’ putri Abu Bakar As Sidiq dengan Zubair bin Awwam, kiranya cukup menjadi pelajaran berharga. Betapa rumah tangga mereka tetap solid meski kemiskinan dan kesulitan hidup tak lepas dari hari-harinya.
Asma’ harus berjuang membawa air, merawat kuda. Sungguh keikhlasan itulah yang telah membuat cinta mereka bersatu. Sementara Zubair adalah suami yang pencemburu. Dan kesabaran Asma’ telah membuat pelangi pernikahan mereka terlihat elegan dan membuat kagum orang-orang yang berharap kebahagiaan abadi di kampung akhirat.
Kisah cinta Abu Darda’ bersama istrinya terkasih Ummu Darda’ tak kalah romantis. Dengan bangga dia ungkapkan isi hatinya dengan mengatakan,
اللهم إن أبا الدرداء خطبني فتزوجني في الدنيا، اللهم فأنا أخطبه إليك، فأسألك أن تزوجنيه في الآخرة
“Ya Allah, Abu Darda telah melamarku dan menikahiku di dunia, karena itu ya Allah, aku melamar Abu Darda melalui Engkau. Aku memohon, agar Engkau menikahkanku dengannya di akhirat.”
Masya Allah.. istri yang cerdas dan salihah yang kata-katanya senantiasa membuat suami surprise dan bahagia.
Anda berhasrat mengikuti jejak cinta kasih mereka dan bercita-cita membangun istana cinta bersama pasangan sejati anda? Simak tips dan kiat singkat di bawah ini,

Mengubah Hidup dengan Mengubah Kata-Kata

Tak jarang konflik berawal dari tak adanya komunikasi yang harmonis di antara pasutri. Ketika emosi tak terkontrol dan pasangan mulai berkata kasar dan lepas kontrol, saat itulah anda harus menata hati. Jangan terpancing melontarkan ucapan negatif. Biarlah dia mengeluarkan segala perasaannya dan anda tetap berkata dan bersikap positif. Kunci utama anda bertahan dengan memperbanyak kata maaf, terima kasih dan selalu berempati padanya. Dengan memperbanyak kata-kata positif dan mengandung optimis niscaya pasangan kita akan terpengaruh dan lambat laun diapun akan terbiasa berfikir dan berkata positif.

Fokus pada Kelebihan Pasangan

Bersikaplah realistis, pasangan kita bukanlah sosok malaikat tanpa cela, dia tidak juga bidadari tanpa dosa. Ketika anda fokus pada kelebihan yang ada pada pasangan niscaya kekurangannya akan nampak kecil. Seperti karakter pasangan kita sabar dan penuh pengertian namun ia tak mahir berolah kata yang indah bak pujangga.
Maka kita ingatkan dan kita suport dia agar menjadi pribadi yang lebih sabar dan jangan terlalu memaksanya utnuk selalu memuji anda dengan untaian kata cinta penuh bunga, karena dia memang tak bisa mengekspresikan perasaan sayangnya dengan ungkapan mesra. Pahamilah kelebihan dan kekurangannya apa adanya, jangan terlalu ekstrem, toh tak ada orang yang sempurna.

Jangan Suka Membandingkan.

Ketika pasangan kita berkarakter temperamental tak suka basa-basi dan to the poin, lantas anda melihat pasangan lain begitu romantis, supel, lembut dan bijaksana, seketika itu terbesit di benak anda harapan agar pasangan kita seperti si dia. Jangan sekali-kali membandingkan kelemahan pasangan karena hal itu justru bisa membuat anda stress dan frustasi.
Solusinya berpikirlah jernih, membandingkan pasangan dengan pasangan lainnya justru bisa membuat dia tersinggung dan sakit hati. Saatnya berdua instropeksi diri bersama-sama berdiskusi, saling mencari peluang dan bekerja sama menjadi pasutri yang baik.

Badai akan Berlalu

Perselisihan atau perbedaan pandangan kecil adalah bumbu penyedap sebuah pernikahan, benarkah? Namun orang lain berkomentar perselisihan merupakan pintu awal sebuah perceraian.
Sedahsyat apapun problema keluarga ketika pasutri masih memiliki perasaan cinta, niscaya rumah tangga akan damai. Selain itu kecintaan dan keimanan pada Allah adalah benteng kokoh yang melindungi pasutri agar tak mudah melontarkan kata-kata cerai. Saatnya mencari solusi bukan mempertajam konflik. Bukankah setelah badai matahari akan bersinar, Insya Allah.

Bagai Mengukir di atas Batu

Sering disakiti pasangan, hobi mengkritik, tak suka memuji, jangan ambil pusing. Tulislah sikap negatif itu di atas air sehingga anda akan mudah melupakanya. Namun ketika dia berbuat sesuatu yang membahagiakan maka segera ukirlah kebaikannya di atas batu hingga tetap berbekas anda selalu mengingatnya. Seorang istri hendaknya selalu bersyukur pada suaminya agar kehidupan pernikahannya abadi. Sang suami juga hendaklah menekan semaksimal mungkin sikap egoisnya agar banyak kebaikan dan keindahan yang mampu diukir di hatinya hingga ajal memisahkan mereka bedua.
Sembari menggandeng pasangan tak ada salahnya anda berdua menikmati indahnya pelangi. Katakan padanya “di matamu kulihat pelangi, engkaulah pelangi cinta di hatiku”.

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifah
Muroja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits
Artikel muslimah.or.id