Ciptaan Allah yang satu ini sungguh luar biasa indahnya. Sebuah
perpaduan warna yang tak satu makhlukpun mampu membuatnya, meski berbeda
namun selalu kompak dan harmonis. Kehidupan pernikahan bisa diibaratkan
sebuah pelangi. Tak jarang banyak perbedaan karakter,
mindset, latar belakang kehidupan, pendidikan dan berbagai macam ketidaksamaan. Namun satu hal, bagaimana semua itu terlihat mempesona.
Angan yang terlalu melambung tinggi ketika memimpikan sosok pasangan
yang super lembut, sabar, bijaksana dan selalu mencintai pasangan. Namun
ketika realita berkata lain, justru pendamping hidupnya seorang yang
cenderung kasar, pemarah, dingin dan suka impromisasi lantas dengan
kenyataan pahit itu, pantaskah pasutri berfikir negatif untuk segera
mengakhiri
fraghme kehidupan pernikahan?
Episode kehidupan Asma’ putri Abu Bakar As Sidiq dengan Zubair bin
Awwam, kiranya cukup menjadi pelajaran berharga. Betapa rumah tangga
mereka tetap solid meski kemiskinan dan kesulitan hidup tak lepas dari
hari-harinya.
Asma’ harus berjuang membawa air, merawat kuda. Sungguh keikhlasan
itulah yang telah membuat cinta mereka bersatu. Sementara Zubair adalah
suami yang pencemburu. Dan kesabaran Asma’ telah membuat pelangi
pernikahan mereka terlihat elegan dan membuat kagum orang-orang yang
berharap kebahagiaan abadi di kampung akhirat.
Kisah cinta Abu Darda’ bersama istrinya terkasih Ummu Darda’ tak
kalah romantis. Dengan bangga dia ungkapkan isi hatinya dengan
mengatakan,
اللهم إن أبا الدرداء خطبني فتزوجني في الدنيا، اللهم فأنا أخطبه إليك، فأسألك أن تزوجنيه في الآخرة
“Ya Allah, Abu Darda telah melamarku dan menikahiku di dunia,
karena itu ya Allah, aku melamar Abu Darda melalui Engkau. Aku memohon,
agar Engkau menikahkanku dengannya di akhirat.”
Masya Allah.. istri yang cerdas dan salihah yang kata-katanya senantiasa membuat suami surprise dan bahagia.
Anda berhasrat mengikuti jejak cinta kasih mereka dan bercita-cita
membangun istana cinta bersama pasangan sejati anda? Simak tips dan kiat
singkat di bawah ini,
Mengubah Hidup dengan Mengubah Kata-Kata
Tak jarang konflik berawal dari tak adanya komunikasi yang harmonis
di antara pasutri. Ketika emosi tak terkontrol dan pasangan mulai
berkata kasar dan lepas kontrol, saat itulah anda harus menata hati.
Jangan terpancing melontarkan ucapan negatif. Biarlah dia mengeluarkan
segala perasaannya dan anda tetap berkata dan bersikap positif. Kunci
utama anda bertahan dengan memperbanyak kata maaf, terima kasih dan
selalu berempati padanya. Dengan memperbanyak kata-kata positif dan
mengandung optimis niscaya pasangan kita akan terpengaruh dan lambat
laun diapun akan terbiasa berfikir dan berkata positif.
Fokus pada Kelebihan Pasangan
Bersikaplah realistis, pasangan kita bukanlah sosok malaikat tanpa
cela, dia tidak juga bidadari tanpa dosa. Ketika anda fokus pada
kelebihan yang ada pada pasangan niscaya kekurangannya akan nampak
kecil. Seperti karakter pasangan kita sabar dan penuh pengertian namun
ia tak mahir berolah kata yang indah bak pujangga.
Maka kita ingatkan dan kita suport dia agar menjadi pribadi yang
lebih sabar dan jangan terlalu memaksanya utnuk selalu memuji anda
dengan untaian kata cinta penuh bunga, karena dia memang tak bisa
mengekspresikan perasaan sayangnya dengan ungkapan mesra. Pahamilah
kelebihan dan kekurangannya apa adanya, jangan terlalu ekstrem, toh tak
ada orang yang sempurna.
Jangan Suka Membandingkan.
Ketika pasangan kita berkarakter temperamental tak suka basa-basi dan
to the poin, lantas anda melihat pasangan lain begitu romantis, supel,
lembut dan bijaksana, seketika itu terbesit di benak anda harapan agar
pasangan kita seperti si dia. Jangan sekali-kali membandingkan kelemahan
pasangan karena hal itu justru bisa membuat anda stress dan frustasi.
Solusinya berpikirlah jernih, membandingkan pasangan dengan pasangan
lainnya justru bisa membuat dia tersinggung dan sakit hati. Saatnya
berdua instropeksi diri bersama-sama berdiskusi, saling mencari peluang
dan bekerja sama menjadi pasutri yang baik.
Badai akan Berlalu
Perselisihan atau perbedaan pandangan kecil adalah bumbu penyedap
sebuah pernikahan, benarkah? Namun orang lain berkomentar perselisihan
merupakan pintu awal sebuah perceraian.
Sedahsyat apapun problema keluarga ketika pasutri masih memiliki
perasaan cinta, niscaya rumah tangga akan damai. Selain itu kecintaan
dan keimanan pada Allah adalah benteng kokoh yang melindungi pasutri
agar tak mudah melontarkan kata-kata cerai. Saatnya mencari solusi bukan
mempertajam konflik. Bukankah setelah badai matahari akan bersinar,
Insya Allah.
Bagai Mengukir di atas Batu
Sering disakiti pasangan, hobi mengkritik, tak suka memuji, jangan
ambil pusing. Tulislah sikap negatif itu di atas air sehingga anda akan
mudah melupakanya. Namun ketika dia berbuat sesuatu yang membahagiakan
maka segera ukirlah kebaikannya di atas batu hingga tetap berbekas anda
selalu mengingatnya. Seorang istri hendaknya selalu bersyukur pada
suaminya agar kehidupan pernikahannya abadi. Sang suami juga hendaklah
menekan semaksimal mungkin sikap egoisnya agar banyak kebaikan dan
keindahan yang mampu diukir di hatinya hingga ajal memisahkan mereka
bedua.
Sembari menggandeng pasangan tak ada salahnya anda berdua menikmati
indahnya pelangi. Katakan padanya “di matamu kulihat pelangi, engkaulah
pelangi cinta di hatiku”.
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifah
Muroja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits
Artikel muslimah.or.id